Saat perang berkecamuk, tiada yang sempat mengaku sebagai pahlawan. Semua sedang fokus. Para pemberani berprinsip: menang atau mati. Sedangkan para pengecut berprinsip: menang atau kalah yang penting selamat. Anehnya, ketika perang usai yang tidak pernah pegang senjata pun saling berlomba-lomba mengakukan diri sebagai pahlawan. Lebih tepatnya pahlawan kesiangan.
Kita berjuang di dunia bukan untuk mengejar label pahlawan. Bukan pula sekedar berprinsip menang atau mati. Tapi, berjuang di dunia kita harus memegang prinsip: menang dan hidup sebagai ksatria atau mati sebagai syuhada.
Menang dan hidup sebagai ksatria artinya kita tidak sekedar ikut mencicipi kemenangan tapi juga ikut berjuang. Tidak sekedar menjadi penonton, pengungsi, pengecut apalagi penghianat. Kita hidup dan meraih kemenangan betul-betul sebagai pejuang dan bukan pahlawan kesiangan. Adapun bila maut menghampiri, gelar syuhada yang harapannya kita sandang. Sehingga, bolehlah raga tidak sempat mencicipi kemenangan itu sewaktu di dunia tapi kita insyaAllah bisa menikmatinya saat di surga.
Saat ini kita tengah berjuang. Esok kita berjuang. Lusa juga berjuang. Sepanjang nafas masih tersisa, perjuangan akan senantiasa kita rasa. Jangan menganggap bahwa berjuang hanya di ramadhan saja dengan melawan setan durjana. Jangan pula menganggap berjuang selalu bermakna di medan tempur seperti halnya perang badar maupun perang uhud.
Berjuang di dunia bisa bermakna memacu diri. Ya, musuhnya adalah diri kita sendiri. Kita lawan kemalasan kita dengan berjuang. Kita lawan kebodohan kita dengan belajar. Kita lawan penghambur-hamburan waktu kita dengan prodktivitas dan karya. Entah karya duniawi maupun karya ukhrawi.
Ramadhan yang kita jalani saat ini tidak akan bisa kembali lagi di tahun berikutnya. Keistimewaan bulan syawal yang tidak kita isi dengan 6 hari puasa juga akan berlalu bila kita tidak mengisinya. Demikian pula dengan usia-usia yang kita lewati maupun nafas-nafas yang sudah kita hembuskan. Semuanya akan pergi menjadi masa lalu.
Untuk itulah seorang mukmin dituntut perjuangannya. Ia mesti memberikan kontribusi yang besar dalam kehidupan di dunia ini. Apapun posisinya, apapun profesinya, kontribusi haruslah ada agar hidupnya senantiasa bermakna.